Kenaikan BBM Membuat Pertamina Merugi hingga akan Dijual Melalui Global Bond (Surat Utang Global)

Dwi Sucipto jadi Dirut Pertamina. Apa yang akan terjadi dengan Pertamina? Penguasaan asing (lagi) deh!

Pertanyaannya adalah kenapa Dwi Sucipto yang dijadikan Dirut Pertamina? Apa korelasinya dengan kenaikan BBM Premium baru-baru ini?

Ada yang mention di Twitter, Dwi Sucipto dijadikan Dirut Pertamina untuk persiapan IPO Pertamina. Tepat tapi kurang lengkap :)

Lebih tepatnya, Dwi Sucipto dijadikan Dirut Pertamina untuk menjerat Pertamina dengan serangkaian Global Bond (Surat Utang Global) dan IPO (penawaran saham kepada asing).

Lho, memangnya Pertamina kekurangan uang? Kok sampai harus diagendakan terbitkan Global Bond dan dijadwalkan IPO?

Bukankah Pertamina adalah pemberi dividen terbesar dari seluruh BUMN ke APBN? Setiap tahun, dari total dividen yang disetor ratusan BUMN ke APBN, setoran dividen Pertamina mengambil porsi 50% dari total dividen BUMN.

Jika Pertamina mampu setor dividen besar ke APBN tiap tahunnya, kenapa tiba-tiba harus-pertamina harus "dijual" dengan-terbitkan Global Bond dan direncanakan IPO?

Jawabannya adalah KENAIKAN HARGA BBM Premium akan MEMBUAT Pertamina KEKURANGAN DANA dan perlu terbitkan Global Bond dan siap-siap IPO.

Bagaimana korelasi antara kenaikan BBM Premium - Dwi Sucipto jadi Dirut Pertamina - Rencana penerbitan Global Bond dan siap-siap IPO?

Begini ceritanya,

Kemampuan Produksi Pertamina per tahun: 

BBM Premium 12 juta kiloliter (KL)
BBM Pertamax 1 juta kiloliter (KL)

Sementara kebutuhan/konsumsi BBM Premium adalah 30 juta kiloliter (KL) per tahun.

Jadi,

Konsumsi BBM Premium 30 juta kiloliter
Produksi BBM Premium 12 juta kiloliter
Impor BBM Premium 18 juta kiloliter

Nah, impor BBM Premium 18 juta kiloliter dilakukan 1 pintu melalui Petral (Pertamina Internasional).

Kenapa 1 pintu?
Menghindari spekulan

Sistem impor 1 pintu (via Petral) bertujuan agar impor BBM Premium oleh Pertamina tidak terjebak dalam permainan spekulan migas asing.

Jadi, setiap tahunnya Pertamina menjual BBM Premium 30 juta kiloliter :

Produksi 12 juta kiloliter
Impor 18 juta kiloliter

Pada harga Rp 6.500/liter, pendapatan Pertamina dari BBM Premium (30 juta kiloliter), kurang lebih Rp 195 triliun

Itulah kenapa Pertamina mampu sumbang dividen terbesar ke APBN, 50% dari total dividen ratusan BUMN.

Pendapatan Rp 195 triliun euy!

Nah, apa yang akan terjadi jika harga BBM Premium naik ke Rp 8.500/liter?

Pertamina makin untung kah? TIDAK!

Ketika harga BBM Premium Rp 6.500/liter, Pertamax di harga Rp 10.000/liter, Selisih Rp 3.500/liter

Bagi masyarakat kelas menengah, selisih Rp 3.500/liter masih besar, sehingga mereka cenderung pilih BBM Premium ketimbang Pertamax.

Tapi, ketika harga BBM Premium naik jadi Rp 8.500/liter, sedangkan Pertamax Rp 9.800/liter, Selisihnya hanya Rp 1.300/liter.

Dengan selisih hanya Rp 1.300/liter, masyarakat kelas menengah yang memikirkan mesin kendaraannya akan migrasi ke Pertamax.

Hanya selisih Rp 1.300/liter, tapi bisa dapat kualitas bensin lebih bagus, wajar akan terjadi migrasi massal ke BBM kelas Pertamax.

Masalahnya adalah, kemampuan produksi Pertamina di BBM Pertamax hanya 1 juta kiloliter per tahun.

Dampaknya, migrasi BBM Premium ke BBM kelas Pertamax tak mampu dipasok Pertamina. Konsumen akan membeli BBM kelas Pertamax merek asing.

Mari kita lihat data tadi, kebutuhan BBM Premium 30 juta kiloliter:

Produksi 12 juta kiloliter
Impor 18 juta kiloliter

Apabila terjadi migrasi pengguna BBM Premium ke BBM kelas Pertamax sejumlah 18 juta kiloliter, SIAPA DIUNTUNGKAN?

Jika migrasi ke BBM kelas Pertamax sebanyak 18 juta kiloliter, sedangkan produksi Pertamax Pertamina hanya 1 juta kiloliter,

SIAPA UNTUNG?

Tepat, sebanyak 17 juta kiloliter yang semula memakai BBM Premium akan membeli BBM kelas Pertamax merek asing.

Silakan cek di berita-berita, 40 merek BBM asing sudah kantongi izin membangun masing-masing 20.000 SPBU asing.

Total 800.000 SPBU asing!

Dan semuanya menunggu gong dicabutnya subsidi BBM Premium, agar 800.000 SPBU kelas Pertamax merek asing ini punya pasar.

Dengan terjadinya migrasi 17 juta kiloliter ke BBM asing kelas Pertamax, artinya Pertamina kehilangan pembeli 17 juta kiloliter kan?

Apa dampaknya bagi keuangan Pertamina?

MARI BERHITUNG!

Sebelum kenaikan BBM Premium, Pertamina jual 30 juta kiloliter, Harga Rp 6.500/liter, Pendapatan Pertamina Rp 195 triliun.

Setelah kenaikan BBM Premium, Pertamina jual 12 juta kiloliter, Harga Rp 8.500/liter, Pendapatan Pertamina Rp 102 triliun.

Pendapatan Pertamina dari BBM Premium :

Sebelum naik Rp 195 triliun, Setelah naik Rp 102 triliun, Anjlok Rp 93 triliun.

Dengan pendapatan Pertamina dari BBM Premium berkurang Rp 93 T dari Rp 195 T jadi Rp 102 T, maka setoran dividen ke APBN juga merosot.

Jadi, pencabutan subsidi BBM Premium memang mengurangi Belanja APBN, Tapi juga mengurangi Pendapatan APBN dari setoran dividen BUMN.

Pendapatan Pertamina semula Rp 195 triliun dari jual 30 juta kiloliter BBM Premium, Menurun ke Rp 102 triliun dari jual 12 juta kiloliter.

Kemana perginya Rp 93 triliun yang biasanya membeli BBM Premium Pertamina?

Tentu saja, ke 800.000 SPBU asing itu :)

Itulah kenapa sebelum kenaikan BBM Premium, kelihatannya asing begitu sibuk desak Jokowi naikkan BBM Premium.

Ada konsumen SPBU mereka :)

Dan lebih parah lagi, demi memanjakan asing dengan naikkan BBM Premium, keuangan Pertamina bakal merosot tajam.

BBM Premium naik -> SPBU asing dapat konsumen -> keuangan Pertamina merosot -> setoran dividen BUMN ke APBN merosot.

Lalu asing-asing berkata,

"Jangan takut, kami siap membantu Pertamina,"

"Bagaimana caranya?" tanya pemerintahan RI

Asing menjawab "Pertamina harus bermain juga di BBM Kelas Pertamax, tingkatkan produksinya."

Pemerintah RI tanya, "Tingkatkan produksi Pertamax berarti harus ada investor,"

Asing bilang, "Jangan takut, dana kami siap,"

Lalu ditempatkanlah Dwi Sucipto jadi Dirut Pertamina, untuk menjerat Pertamina dengan Global Bond (Surat Utang Global).

Saya yakin, dalam waktu dekat akan muncul wacana, Pertamina akan terbitkan Global Bond untuk investasi tingkatkan produksi Pertamax :)

Yang jelas, setelah Pertamina terjerat dengan serangkaian Global Bond, ada potensi Pertamina kesulitan membayar cicilan.

Apalagi jika masyarakat yang migrasi ke BBM kelas Pertamax, terlanjur mencintai merek BBM asing

Maka peningkatan produksi Pertamax tak guna.

Jika itu yang terjadi, maka Pertamina akan kesulitan mencicil Global Bond (Surat Utang Global) ke asing-asing ini

Solusinya?
IPO, as usual

IPO (Penawaran saham) Pertamina otomatis akan disukai asing, karena akhirnya asing bisa membeli dan memiliki sebagian saham BUMN Migas RI.

Itulah kenapa asing sangat mengharapkan subsidi BBM dicabut,

1) BBM Asing dapat konsumen
2) Bunga dari Global Bond
3) Saham Pertamina (IPO)

Jadi kalau ada yang bilang bahwa pencabutan subsidi BBM Premium semata-mata menghemat APBN,

Jelas itu hanyalah bahasa pembohongan publik.

Faktanya, dampak kenaikan BBM :

- Berkurangnya belanja APBN
- Berkurangnya pendapatan APBN dari dividen BUMN
- Gembosnya keuangan Pertamina.

Jangan lupa, selain 3 poin itu, ada :

- BBM Asing dapat konsumen
- Asing dapat bunga Global Bond Pertamina
- Asing punya saham Pertamina

Jadi kalau ada yang bilang, pencabutan subsidi BBM untuk menghantam Mafia Migas,

Mafia Migas yang mana?

Mafia Migas asing diuntungkan kok!

Saya lebih melihat, kenaikan BBM hanyalah perpindahan dari Mafia Migas yang satu ke Mafia Migas yang lain, yakni Asing.

Sumber






0 Response to "Kenaikan BBM Membuat Pertamina Merugi hingga akan Dijual Melalui Global Bond (Surat Utang Global)"

Posting Komentar

wdcfawqafwef